Protestantisme adalah satu dari tiga cabang utama Kekristenan, bersamaan dengan Katolik Roma dan Katolik Ortodoks Timur. Protestantisme terbentuk dari perpecahan dengan Katolik Roma selama reformasi Gereja abad 16. Dipimpin oleh Martin Luther, John Calvin, dan yang lainnya, para reformator ingin keluar dari Gereja Katolik Roma karena adanya struktur eklesiologis yang kasar dan perbedaan teologi. Orang Kristen Protestan memiliki kepatuhan terhadap sentralitas Kitab Suci, baik Kitab Suci Ibrani maupun Perjanjian Baru serta doktrin keselamatan melalui iman kepada penyaliban Tuhan Yesus.
Sejarah reformasi Gereja dimulai dari salah satu reformator, Martin Luther pada abad ke-15 mampu mengatasi tantangan gereja masa kini dengan mendapat pewahyuan kebenaran dari Roh Kudus untuk mereformasi gerejanya. Setelah sekian lama gereja hidup di dalam abad kegelapan, Allah bergerak dan turun tangan menyelamatkan gereja melalui pembaharuan dan kebangkitan Protestanisme. Sehingga memunculkan satu pertanyaan utama yang dianggap paling penting: Apa saja ciri-ciri Agama KristenProtestan?
Karakteristik-Karakteristik Protestantisme
Karakteristik utama Protestantisme asli adalah mengutamakan dasar-dasar dari kepercayaan dalam Kristen Protestan, yaitu Krisosentrisme. Hal ini berarti bahwa Yesus Kristus itu berkedudukan sebagai sentral dari seluruh kehidupan orang-orang Kristen. Di samping itu, Protestantisme selalu menerima Alkitab sebagai satu-satunya sumber kebenaran wahyu Allah yang tidak dapat salah, satu-satunya sumber kepercayaan bagi semua orang percaya, dan satu-satunya doktrin mengenai seorang Kristen dibenarkan dalam hubungannya dengan Allah dengan iman saja, bukan oleh perbuatan baik.
Protestsanisme asli menekankan pada pemberitaan kepada Kristus Centris sesuai dengan khotbah dan pengajaran gereja. Ada 4 inti khotbah dan pengajaran gereja mengenai karakter Kristus, diantaranya:
- Kristus Juruselamat satu-satunya, yang mati disalib untuk menebus dosa manusia dan Kristus yang bangkit untuk menang atas kematian menurut Kristen (Yohanes 14:6)
- Kristus yang bukan ‘ciptaan’ manusia (Galatia 1:11)
- Kristus yang memberikan keselamatan kekal (Markus 16:8)
- Kristus yang menghendaki pertobatan dan buah pertobatan (Kisah Para Rasul 26:2)
- Mengikuti sebuah pesan khas yang mendefinisikan kedamaian dengan Tuhan (dan kemungkinan harmonis dengan sesama manusia) sebagai hasil dari “Injil”. Pengertian Kitab Injil ini berisi anugerah belas kasih Allah yang diwahyukan dan terungkap dalam kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Mereka percaya bahwa pesan ini menjadi hidup orang percaya melalui kuasa Roh Kudus yang diberikan oleh Allah. Orang Kristen Protestan melihat Alkitab secara khas sebagai penyataan wahyu kehendak umum Allah.
- Memegang satu Kitab Suci yang paling penting: Alkitab. Tidak hanya Alkitab sebagai pedoman Firman Tuhan yang berfungsi untuk membuat orang mendapatkan iman, tetapi Alkitab ini juga tertulis mengenai alasan-alasan mengapa kita sebagai orang percaya ingin mengikuti Yesus dan beriman kepadaNya.
- Menjadikan pembenaran oleh iman sebagai titik tolak teologi Kristen. Hal ini mengungkapkan keyakinan dasar Reformasi: ada jarak yang luar biasa antara Allah dan ciptaanNya, namun Allah, dalam kedaulatan dan oleh kasih karunia-Nya (Sola Gratia), mengambil inisiatif untuk mengampuni, membenarkan dan menyelamatkan umat manusia. Penekanan pada pembenaran oleh iman – pada pihak lain, dapat menjadi suatu dorongan yang kuat bagi keterlibatan dalam misi memberitakan Injil. Titik tolak Reformasi fokus pada janji-janji Tuhan Yesus bagi orang percaya berisi apa yang telah Allah lakukan di dalam Kristus.
- Menekankan dosa (tunggal) dan keberdosaan umat manusia yang hakiki.
- Menekankan dimensi subyektif keselamatan. Hal ini berarti bahwa orang percaya akan menekankan pengalaman pribadi dan subyektif dalam kelahiran baru oleh Roh Kudus, maupun tanggung jawab individu dibandingkan dengan tanggung jawab kelompok.
- Penegasan peranan dan tanggung jawab pribadi individu menyebabkan penemuan kembali ajaran tentang imamat am orang percaya. Artinya bahwa orang percaya berada dalam hubungan langsung dengan Allah, suatu hubungan yang hadir secara terpisah dari gereja.
- Memandang semua orang percaya sebagai “imamat kudus” (1 Petrus 2:5). Setiap orang Kristen adalah imam di bawah Imam Besar Agung Yesus Kristus, yang adalah satu-satunya orang beriman dan satu-satunya perantara di hadapan Allah (1 Timotius 2: 5).
- Memiliki tradisi denominasi yang kuat melalui berbagai tindakan dan otoritas sesuai dengan etika Kristen.
- Mengikuti sakramen Kristen Protestan yang memiliki dua cara: sakramen perjamuan kudus dan sakraman baptisan kudus. Mereka bisa mengakui bahasa roh tetapi tidak semua orang bisa memperolehnya.
- Mengenal dan menggunakan simbol – simbol Kristen Protestan.
- Melakukan hak dan tanggung jawab masing-masing individu. Mereka harus memiliki keinginan untuk hidup berkenan kepada Allah. Contohnya adalah menjaga kasih pesaudaraan Kristen dalam berhubungan dengan sesama orang percaya, menjaga nama baik di depan mata orang bukan Kristen.
- Menyatukan teologi Kristen dengan 5 prinsip reformasi gereja yang dikenal dengan istilah Panca Sola, yaitu : Sola Fide (Hanya Iman), Sola Scriptura (Hanya Alkitab), Solus Christus (Hanya Kristus), Sola Gratia (Hanya Anugerah), dan Soli Deo Gloria (Segala Kemuliaan Hanya Bagi Allah). Prinsip lain berbunyi semper reformanda yang berarti “selalu direformasikan”. Artinya gereja yang benar selalu direformasikan atau diperbaharui melalui Firman Tuhan dan karya Roh Kudus.
Sedikitnya kami telah merangkum 10 perbedaan katolik dan protestan yang paling mencolok. Kesepuluh perbedaan tersebut dimulai dari pandangan terhadap pengakuan Paus sebagai pimpinan tertinggi agama, hingga perbedaan cara ibadah. Berikut pembahasan selengkapnya.
1. Perbedaan dalam Pengakuan Paus
Perbedaan katolik dan protestan yang paling fundamental terletak pada pengakuan umat masing-masing terhadap adanya pimpinan tertinggi dalam agama. Dalam beragama, umat katolik hingga kini mengakui bahwa mereka harus dipimpin oleh seorang Paus yang bertahtakan di Vatikan, Roma, Italia, sedangkan umat protestan tidak mengakui paus sebagai pimpinan tertinggi agama.
Perbedaan pengakuan terhadap pimpinan tertinggi mendasari pecahnya Agama kristen menjadi 2 golongan besar. Pecahnya Agama kristen dimulai ketika Paus Leo X pada abad pertengahan melakukan suatu ajaran yang dianggap tidak sesuai dengan Alkitab. Ia menjual surat pengampunan dosa bagi para bangsawan dan menggunakan uang yang dikumpulkan untuk membangun gereja basilika, gereja termegah di dunia.
Ajaran Paus Leo X yang dianggap menyalahi ini kemudian ditentang oleh pendeta Martin Luther. Martin luther dan pengikutnya kemudian memisahkan diri dari hiruk pikuk ajaran katolik. Oleh orang-orang katolik, Martin dan pengikutnya dianggap kafir dan kemudian dinamai protestan.
2. Perbedaan Alkitab
Selain berbeda dalam hal pengakuan pimpinan tertinggi agama, perbedaan katolik dan protestan juga terletak pada kitab sucinya, yaitu Alkitab. Alkitab adalah panduan umat kristen dalam menjalankan agamanya. Kendati demikian, alkitab yang dimiliki umat kristen katolik dan yang dimiliki umat kristen protestan ternyata berbeda.
Alkitab umat katolik lebih tebal karena mengandung tambahan 12 kitab lain yang dinamai kitab Deutro-Kanonika. Sedangkan alkitab umat protestan lebih tipis karena tidak mengandung ke-12 kitab tersebut. Umat protestan tidak mengakui deutro-kanonika tak lain karena adanya doktrin Purgatory yang digagas Marthin Luther.
3. Perbedaan dalam Menafsirkan Alkitab
Dalam ajaran katolik, menafsirkan alkitab adalah pekerjaan yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar ahli atau kerap disebut Magisterium. Mereka yang menjadi magesterium berkumpul dan berpusat di Roma, Italia. Umat katolik di seluruh dunia tinggal mengikuti hasil tafsiran Magisterium tersebut dan tidak diperkenankan menafsirkan isi alkitab sendiri-sendiri. Inilah yang menyebabkan umat katolik memiliki persatuan yang kuat.
Hal ini jelas berbeda dengan ajaran kristen protestan. Dalam ajaran ini, penafsiran alkitab bisa dilakukan oleh siapa saja. Semua orang bebas melakukan penafsiran atas sudut pandang mereka masing-masing. Hal ini menyebabkan ajaran kristen protestan kemudian pecah belah dan terbagi-bagi. Protestan di dunia misalnya terbagi atas beberapa aliran, yang antara lain GPIB, Pentakosta, Kharismatik, Metodis, Gereja Kristen Jawa (GKJ), Baptis (GBI), Gereja Batak (HKBP), Advent, Mormon, dan lain sebagainya.
4. Perbedaan dalam Struktur Hierarki Pemuka Agama
Selain menolak tahta paus, umat protestan juga menolak hierarki kepemimpinan dalam hal beragama. Hal ini tentu berbeda dengan tradisi katolik. Umat katolik mengakui hierarki romo, pastur, uskup, kardinal dan paus dalam gereja-gereja mereka. Dalam tradisi katolik, rumah ibadah atau gereja kecil dipimpin oleh romo, gereja paroki dipimpin oleh pastur, gereja katredal dipimpin uskup atau kardinal, dan gereja basilika dipimpin oleh seorang paus.
5. Perbedaan dalam Pengakuan Orang Kudus
Umat katolik mempercayai adanya orang-orang suci atau kudus. Orang kudus laki-laki disebut Santa dan orang kudus perempuan disebut Santo. Nama-nama orang kudus dalam ajaran katolik sering digunakan sebagai nama gereja, misalnya gereja Santo Petrus atau gereja Santa Maria. Nama-nama orang kudus tersebut juga biasa digunakan sebagai nama baptis bagi bayi-bayi umat katolik yang baru lahir, seperti Fransiskus, Petrus, atau Paulus.
Adapun umat protestan tidak mengakui keberadaan orang-orang suci. Dalam hal pembaptisan bayi-bayi mereka, umat protestan umumnya menggunakan nama nabi seperti Abraham (Ibrahim), Samuel (Ismail), David (Daud), Adams (Adam), dan lain sebagainya.
6. Perbedaan Sakramen (Upacara Suci)
Perbedaan katolik dan Protestan juga terdapat pada pelaksanaan upacara suci (sakramen) yang mereka lakukan. Umat katolik mengenal 7 jenis upacara yaitu upacara masuk Agama Kristen (Baptis), upacara yang diberikan saat menginjak remaja (Krisma), upacara setiap Minggu (Ekaristi), upacara pentahbisan menjadi pastor (Imamat), upacara Pernikahan, upacara Pengakuan Dosa, dan upacara Pengurapan Orang Sakit. Sementara itu, umat protestan hanya mengenal 2 upacara saja, yaitu Baptis dan Ekaristi.
7. Perbedaan dalam Diskriminasi Gender Pemuka Agama
Umat protestan tidak menerima adanya diskriminasi gender (jenis kelamin) bagi pemuka agama mereka. baik laki-laki maupun perempuan, semuanya boleh menjadi pastur. Sedangkan dalam ajaran katolik, hanya para pria-lah yang dapat menjadi pastor, adapun para wanita hanya diperkenankan menjadi suster atau biarawati. Baik pastor maupun suster, semuanya tidak diperkenankan menikah.
8. Perbedaan dalam Hal Pengkultusan Maria
Umat katolik sangat mengkultuskan bunda Maria atau ibu dari Yesus. Hal ini berbeda dengan kepercayaan umat protestan yang tidak mengakuinya. Umat katolik lazimnya menggunakan patung-patung orang-orang suci sebagai hiasan dalam gereja mereka, seperti patung Yesus, Bunda Maria, Santa, Santo, hingga patung-patung malaikat. Adapun umat protestan mengharamkan keberadaan patung dalam tempat peribadatan karena menganggap patung sebagai berhala yang tidak disukai Tuhan. Umat protestan lazimnya hanya menggunakan salib sebagai visualisasi atau simbol ketuhanan.
9. Perbedaan Aturan Kawin Cerai
Perbedaan katolik dan protestan juga kentara dari aturan dan hukum kawin cerai bagi para pengikutnya. Dalam ajaran katolik, seseorang yang menjadi pastur atau biarawati tidak boleh menikah selama hidupnya, adapun bagi mereka yang umat biasa pernikahan hanya dapat dilakukan 1 kali seumur hidup. Sedangkan dalam ajaran protestan, pemuka agama dan umatnya boleh menikah lebih dari 1 kali selama hidup.
10. Perbedaan Ibadah
Secara umum, cara peribadatan antara umat katolik dan protestan juga berbeda. Umat katolik berdoa dengan terlebih dahulu membuat tanda salib dengan menyentuh dahi, dada, bahu kiri dan kanan secara berurut menggunakan telunjuk, sedangkan umat protestan tidak melakukan ritual tersebut ketika berdoa. Selain saat berdoa, perbedaan umat katolik dan protestan juga terdapat pada penyebutan ibadah mereka. ibadah umat katolik disebut misa, sedangkan ibadah umat protestan disebut kebaktian. Kendati mempunyai nama yang berbeda, keduanya sama-sama ditunaikan pada hari Minggu.
Dikutip dari berbagai sumber, literatur dan diskusi/ kajian teologi ummat kristen.
Post a Comment