Sejarah Dan Karakteristik Gereja Pentakosta

Gereja Pentakosta atau Pentakostalisme (aliran Pentakosta; bahasa Inggris: Pentecostalism) - yang di Indonesia sering disebut juga Pantekosta - adalah sebuah gerakan di kalangan Protestanisme yang sangat menekankan peranan karunia-karunia Roh Kudus. Aliran ini sangat mirip dengan gerakan Karismatik, namun gerakannya muncul lebih awal dan terpisah dari gereja arus utama. Orang Kristen Karismatik, setidak-tidaknya pada awal gerakannya, cenderung untuk tetap tinggal di dalam denominasi mereka masing-masing.

Secara ringkas, Gereja Pentakosta memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:
  1. Sangat menekankan keyakinan akan peranan Roh Kudus dan karunia-karunia Roh Kudus di dalam kehidupan sehari-hari para pengikutnya.
  2. Pembaharuan infrastruktur ibadah, antara lain lagu-lagu rohani yang digunakan lebih modern dibandingkan dengan lagu-lagu lama yang bernuansa Gregorian.
  3. Gereja mengizinkan peran kaum perempuan dalam pelayanan.
  4. Desakralisasi hubungan antara imam dan jemaat yang lebih ditekankan pada nilai kekeluargaan, sehingga jauh dari kesan kesenjangan tingkat kerohanian.
Gerakan Pentakosta juga menonjol di kalangan gerakan Kesucian yang pertama-tama mulai menggunakan istilah pentakostal pada tahun 1867 ketika mereka mendirikan Perhimpunan Pertemuan Kemah Nasional untuk Pemasyhuran Kesucian Kristen dengan sebuah catatan yang berbunyi: Kami mengundang semua orang - apapun juga alirannya ... yang merasa terasing di dalam keyakinan kesuciannya agar semuanya secara bersama-sama dapat mewujudkan baptisan Pentakosta oleh Roh Kudus...

Pentakostalisme modern sesungguhnya dimulai sekitar tahun 1901. Pada umumnya gerakan ini diakui berasal pada waktu Agnes Ozman menerima karunia berbahasa roh (glossolalia) pada suatu persekutuan doa di Sekolah Alkitab Bethel di Topeka, Kansas, tahun 1901. Parham, seorang pendeta yang berlatar belakang Metodis, merumuskan ajaran bahwa bahasa roh adalah "bukti alkitabiah" dari baptisan Roh Kudus.

Gerakan Pentakosta muncul di Eropah tetapi juga muncul di Amerika Utara sekitar tahun 1906. Gerakan ini awalnya muncul dalam Gerakan Methodis yang berkeinginan untuk kembali kepada kegairahan dan kesederhanaan yang menekankan kembali kepada pertobatan secara mendadak yang menjadi cita-cita dalam kebangunan Methodis dan kesempurnaan Agama Kristen seperti yang dianjurkan dalam Teologi Wesley. 

Dalam perkembangnya penganut gerakan ini membentuk organisasi tersendiri. Pada tahun 1900 salah seorang tokoh gerakan tersebut, Ch. F. Parham (asal dari Gereja Methodis dan keluar) mengembangkan 3 pokok ajaran yang kemudian hari menjadi ciri gerakan Pentakosta pada umumnya, yaitu tekanan pada eskatologi, pada baptisan dengan Roh dan pada karunia-karunia Roh, khususnya karunia lidah, sebagai tanda seseorang telah menerima baptisan Roh.

Parham meninggalkan Topeka dan memulai pelayanan kebangunan rohani yang membawanya kepada Kebangunan Rohani Azusa Street melalui William J. Seymour yang menjadi muridnya di sekolahnya di Houston. Seymour, karena ia seorang kulit hitam, saat itu hanya diizinkan duduk di luar kelas untuk mendengarkan kuliah-kuliahnya.

Gerakan ini meluas yang dimulai dari Kebangunan Rohani Azusa Street, pada 9 April 1906 di rumah Edward Lee di Los Angeles. Ia menggambarkan pengalamannya dipenuhi oleh Roh Kudus pada 12 April 1906. Pada 18 April 1906, koran Los Angeles Times memberitakan gerakan ini pada halaman mukanya. Pada minggu ketiga April 1906, gerakan yang kecil namun berkembang pesat itu telah menyewa sebuah gedung African Methodist Episcopal Church yang kosong di 312 Azusa Street dan mulai diorganisir sebagai Misi Iman Kerasulan Apostolic Faith Mission.

Dasa warsa pertama Pentakostalisme ditandai oleh kebaktian-kebaktian antar-ras, "... Orang-orang kulit putih dan hitam bergabung dalam gejolak keagamaan,..." demikian laporan sebuah koran setempat. Hal ini berlangsung hingga 1924, ketika gereja ini terpecah mengikuti garis ras (lih. Apostolic Faith Mission). Namun, ibadah-ibadah antar-ras berlanjut selama bertahun-tahun, bahkan juga di daerah-daerah selatan A.S. yang tersegregasi. 

Ketika Persekutuan Pentakostal Amerika Utara terbentuk pada 1948, organisasi itu sepenuhnya terdiri atas denominasi-denominasi Pentakostal kulit putih Amerika. Karena itu United Pentecostal Church tidak bergabung dan kebijakan antar-rasnya bertahan terus sepanjang sejarahnya. Pada 1994, gereja-gereja Pentakostal yang tersegregasi kembali ke akar antar-ras mereka dan mengusulkan penyatuan kembali secara resmi kelompok-kelompok Gereja Pentakostal hitam dan putih, dalam sebuah pertemuan yang kemudian dikenal sebagai Mukjizat Memphis. 

Penyatuan ini terjadi terjadi pada 1998, juga di Memphis, Tennessee. Penyatuan gerakan kulit hitam dan putih menyebabkan Persekutuan Pentakostal Amerika Utara ditata ulang menjadi Gereja-gereja Pentakostal/Karismatik Amerika Utara (Pentecostal/Charismatic Churches of North America).

Pada awal abad XX, Albert Benjamin Simpson sangat terlibat dengan gerakan Pentakostal yang berkembang pesat. Pada saat itu para pendeta dan misionaris Pentakostal biasanya dilatih di Missionary Training Institute yang didirikan oleh Simpson. Karena itu, Simpson dan C&MA (sebuah gerakan penginjilan yang didirikan Simpson) sangat berpengaruh terhadap Pentakostalisme, khususnya gereja-gereja Sidang Jemaat Allah dan Foursquare Church. 

Pengarh ini mencakup penekanan pada penginjilan, doktrin C&MA, nyanyian-nyanyian dan buku-buku karya Simpson, dan penggunaan istilah 'Tabernakel Injil' yang berkembang menjadi gereja-gereja Pentakostal yang dikenal sebagai 'Tabernakel Injil Sepenuh'.

Gerakan ini dengan cepat menyebar ke seluruh wilayah Amerika Serikat dan negara-negara lain. Menurut data, pada tahun 1972 pengikut aliran Pentakosta di seluruh dunia sudah mencapai 20 juta orang. Gereja Pentakosta mempunyai ciri-ciri yang sama di seluruh dunia, antara lain: kebaktian yang serba bebas, pemakaian Alkitab secara ?spontan?, pembangunan jemaat melalui kegiatan kebangunan rohani yang meliputi dorongan untuk bertobat dan hidup suci, dan anggapan bahwa dalam lingkungan jemaat perlu ada karunia lidah dan karunia kesembuhan sebagai tanda-tanda orang percaya.

Sejak akhir tahun 1950-an, gerakan Karismatik, yang sebagian besar diilhami dan dipengaruhi oleh Pentakostalisme, mulai berkembang di kalangan denominasi-denominasi Protestan arus utama, maupun di lingkungan Gereja Katolik Roma. Berbeda dengan "Pentakosta Klasik" yang melulu membentuk gereja-gereja ataupun denominasi Pentakostal, kaum Karismatik bermotokan, "Berkembang di manapun Allah menempatkanmu."

Post a Comment

أحدث أقدم