Tugas “magisterium”.
Dalam Bacaan Injil hari ini, dikisahkan YESUS datang ke kampung halaman-NYA, di Nazaret. Karena hari Sabat YESUS pergi ke sinagoga. Di sana DIA mengambil Kitab Suci, membaca nubuat Nabi Yesaya dan mengajar. Jadi YESUS tidak hanya berkeliling desa dan kota dengan membuat mukjizat saja, melainkan juga memperhatikan tugas pokok yaitu tugas mengajar (= magisterium). Dan dalam melaksanakan magisterium, YESUS melakukannya dalam ROH. YESUS tampil sebagai orang yang diurapi dan dikuasai oleh ROH KUDUS, sehingga banyak orang takjub dan pilihan kata-kata-NYA sangat indah, penuh makna dan mudah dipahami. Cara mengajar-NYA pun enak didengar. IA tidak memakai cara lama dengan menonjolkan hukum “gigi ganti gigi, mata ganti mata” melainkan dengan “menyampaikan Kabar Baik kepada orang-orang miskin, memberikan pembebasan kepada orang tawanan, memberikan kelegaan...”.
Tugas Gereja yang sangat penting adalah mengajar, baik itu dalam bentuk “kerygma” (= pewartaan iman) maupun dalam bentuk “katekese” (= pendalaman iman). Supaya pewartaan itu sungguh-sungguh terjadi, diperlukan “kerygma” dan “katekese” yang berkesinambungan.
Apa yang diperlukan agar kedua hal itu bisa terlaksana? Umat pada umumnya dan khususnya para pewarta atau pelaku khusus “magisterium” itu seharusnya berada dalam kuasa ROH seperti ketika YESUS melakukan di sinagoga. Orang-orang di sinagoga sangat terkesan pada pewartaan YESUS, karena IA memiliki wibawa rohani dan mampu mengucapkan kata-kata indah dan tepat, sehingga mereka banyak yang takjub. Namun tidak sedikit yang merasa iri hati, curiga dan berpikir negatif tentang YESUS. Ujung-ujungnya orang-orang seperti itu tidak senang dan menolak-NYA. Mereka dengan nyinyir berkata : “Bukankah IA ini anak Yusuf?” (Luk. 4: 22). Namun YESUS tidak peduli dengan reaksi penolakan itu. Mereka itu berpikiran kerdil dan merendahkan Diri-NYA karena “hanya” anak seorang tukang kayu! YESUS dengan didimbing ROH ALLAH tetap melanjutkan pewartaan Kabar Gembira dan terus melakukan perbuatan baik di mana pun DIA berada.
Berada dalam Kuasa ROH tidak terjadi dengan sendirinya. Para pewarta Gereja, Imam, Katekis dan juga umat perlu terus menerus belajar dan meningkatkan tehnik berkotbah dan mengajar, agar pewartaannya tidak “monotone” dan “membosankan” hingga menyebabkan pendengarnya mengantuk. Lebih dari itu hendaknya para pewarta selalu mengadakan “komunikasi intensif” dengan DIA - dalam doa - yang kita wartakan.
Orang yang hidup dipimpin oleh ROH KUDUS, senantiasa mengarahkan “pandangannya ke Surga” sekali pun kakinya tetap berpijak di atas bumi. Fokus perhatian dalam hidupnya hanya satu yaitu “demi Kemuliaan TUHAN yang lebih agung dan luhur” (Ad Maoirem Dei Gloriam), tanpa mengingkari kelemahan-kelemahan dirinya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena orang yang dipimpin oleh ROH adalah mereka yang dibakar oleh semangat Kasih TUHAN yang bersifat kekal dan tidak dibatasi oleh siapa pun juga. Kasih ALLAH itu sempurna dan tampak dalam Diri YESUS KRISTUS yang tidak gentar menghadapi penolakan dari orang-orang sekamoung-NYA atau orang-orang yang membenci-NYA.
Orang yang berada dalam Kasih berasal dari ALLAH. Karena TUHAN sudah lebih dahulu mengasihi kita, maka kita pun harus mengasihi TUHAN. “Jikalau seorang berkata : Aku mengasihi ALLAH dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi ALLAH yang tidak dilihatnya” demikian tulis Rasul Yohanes. (1Yoh. 4: 20). Mengasihi ALLAH dan sesama adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling melengkapi. Lebih dari itu, cinta kita kepada sesama merupakan bukti cinta kita kepada ALLAH. - Sudahkah kita mempraktekkannya?
Ya ROH KUDUS, terangilah para pewarta dan gembala umat-MU agar mereka dapat mengucapkan kata-kata indah, tepat dan benar serta menyegarkan, sehingga menguatkan iman umat-MU. Amin.
RAGI Kamis 10 Januari 2019 Hari Biasa Sesudah Penampakan TUHAN : 1Yoh. 4: 19 - 5: 4; Mzm. 72: 2, 14, 15bc, 17; Luk. 4: 14-22a.
إرسال تعليق